
JAMBI-Dalam waktu enam bulan Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jambi bertambah 4,4 ribu orang. Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, Rabu (15/7) kemarin, pada bulan Maret 2020 penduduk Miskin di Provinsi Jambi mencapai 277,80 ribu orang (7,58 persen).
Sedangkan bulan September 2019 lalu penduduk miskin sebesar 273,37 ribu orang (7,51 persen). Jika dilihat dari daerah tempat tinggal, selama enam bulan tersebut, kenaikan jumlah penduduk miskin terjadi di perkotaan. Sebaliknya di pedesaan malah terjadi penurunan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, Wahyudin mengatakan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 9,75 persen. Naik menjadi 10,41 persen pada Maret 2020. Sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada September 2019 sebesar 6,44 persen. Turun menjadi 6,23 persen pada Maret 2020.
‘’ Selama periode September 2019-Maret 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 8,5 ribu orang. Dari 115,16 ribu orang pada September 2019, menjadi 123,64 ribu orang pada Maret 2020. Sedangkan di daerah pedesaan turun sebanyak 4,0 ribu orang. Yaitu dari 158,20 ribu orang pada September 2019, menjadi 154,16 ribu orang pada Maret 2020,’’ ungkapnya.
Sementara itu tingkat kemiskinan Provinsi Jambi periode Maret 2011-Maret 2020 secara relatif mengalami penurunan. Kecuali pada periode Maret-September 2015, mengalami kenaikan cukup signifikan. Sedangkan secara absolut selama periode Maret 2011-Maret 2020 mengalami kenaikan jumlah penduduk miskin dari 272,77 ribu orang pada Maret 2011, menjadi 277,80 ribu orang pada Maret 2020.
Menurut Wahyudin, peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan) baik untuk di perkotaan maupun perdesaan.
“Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan pada Maret 2020 tercatat 74,67 persen. Sementara di perdesaan jauh lebih tinggi, mencapai 77,04 persen,” katanya.
Wahyudin menjelaskan, komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan. Diantanya adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, cabe merah, telur ayam ras, gula pasir, mie instan, bawang merah, dan kue basah.
Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan, diantaranya biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, air,dan pakaian jadi perempuan dewasa.
“Pada periode September 2019-Maret 2020, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil,”katanya. (ist/jambione.com)
Sumber : jambione.com