Sebuah Testomoni, Ketika Diriku Diserang Covid-19 Varian Baru (1)
Oleh: Robbyansyah (Jurnalis)
MENJAGA protokol kesehatan (Prokes) dalam menghadapi pandemi covid-19 yang entah kapan akan berakhir hingga kini, menjadi hal yang sangat terpenting saat ini.
Apalagi virus mematikan asal Wuhan China ini, terus mengalami perkembangan. Bahkan sampai saat ini, varian-varian baru terus bermunculan dengan tingkat penyerangan lebih cepet menyebar dan lebih ganas.
Ironisnya, deteksi medis yang selama ini terlanjur disosialisasikan, tidak lagi menjadi patokan karena setiap individu yang terkena covid-19 berbeda-beda ciri dan yang didalami setiap individu yang terserang covid.
Kondisi inilah yang aku alami. Aku divonis positif covid pertanggal 23 Juni 2021, yang katanya virus varian baru. Aku positif covid, setelah aku memutuskan meminta rapid swab antigen plus rontgen paru-paru ke tim medis Rumah Sakit (RS) Myria. Setelah itu, aku langsung dimasukan ke ruang perawatan isolasi covid-19 RS Myria.
Mundur ke belakang (5 hari sebelumnya, Red), entah darimana awalnya atau mungkin Karena habis liputan di lapangan, habis pulang kerja, mendadak kepalaku pusing. Kondisi tersebut, ditambah dengan perasaan meriang (panas dingin istilahnya) yang kurasakan di sekujur tubuhku. Awalnya, aku berfikir hanya kecapean biasa dan butuh istrahat saja.
Namun kesesokan harinya, setelah berobat dan meminum obat dari dokter, perasaan meriang dan pusing tidak juga merendah. Saat itu, aku masih berfikiran hal yang kualami merupakan penyakit demam biasa bukan karena covid.
Keyakinanku tersebut berdasarkan, ciri-ciri yang aku alami bertolak belakang dengan ciri umum serangan covid selama ini. Dimana penciumanku masih tajam, perasaan lidahku masih berfungsi, tidak sesak nafas namun yang berbeda adalah rasa mual mulai terasa saat hendak menyentuh makanan.
Kondisi ini, ditambah dengan batuk-batuk yang mulai menyerang, walau disisi lain, aku tidak merasa sakit sama sekali di tenggorokanku layaknya salah satu ciri atau tanda umum orang terserang covid. Kondisi tersebut makin membuat badanku merasa drop, setelah keesokan harinya, aku mulai merasakan ngilu di setiap persendian tubuhku, terutama penggung dan persendian belakang.
Saat merebahkan diri, aku merasa pegal dan ngilu luar biasa di punggung dan persendian belakangku. Saat itu, aku mulai merasakan mulai dan menolak untuk menyentuh makanan dan yang bisa aku lakukan hanya minum saja. Perkembangan yang aku rasakan tersebut, sekitar 4 hingga 5 hari setelah aku diputuskan kena covid-19.
Setelah aku masuk ruang perawatan isolasi RS Myria, tim medis dokter dan perawat khusus perawatan covid-19, melakukan tindakan standar layaknya penanganan pasien covid-19. Diantaranya pemberian obat-obat pil covid dan vitamin serta pemberian suntikan khusus di seputaran tali pusar (pusat) secara rutin setiap hari untuk mencegah pengentalan darah.
Karena aku punya penyakit bawaan, yakni diabetes, maka tim medis lebih mendahulukan penanganan stabilitas gula darahku terlebih dulu. (**)
Sumber : palpos.id