
LAMPUKUNING.ID,KOTA JAMBI- Salah satu kunci pengendalian inflasi adalah membangun sinergitas antara berbagai komponen, misalnya seperti para pelaku usaha dan instansi terkait di daerah.
Demikian diungkapkan Walikota Jambi pada pembukaan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) TPID Kota Jambi di Ruang Pola, Kantor Walikota Jambi, Selasa (26/10).
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Kepala BI Perwakilan Jambi, Pakar Ekonomi dari Universitas Jambi, Profesor Syamsurizal Tan, Kepala Bulog Divre Jambi, dan istansi terkait.
Fasha mengatakan, berdasarkan catatan Bank Indonesia Perwakilan Jambi, tingkat Inflasi Kota Jambi sampai dengan akhir tahun nanti berada diangka 3 persen lebih.
“Masih sedang, tapi ini bersifat tak menentu akibat pandemi Covid-19,” katanya.
Ia berharap ke depan, ada inovasi dan terobosan yang dilakukan para OPD sebagai upaya untuk menjaga inflasi. Apalagi, di Kota Jambi tidak memiliki Sumberdaya Alam (SDA) yang memadai, lahan pertanian yang sempit, sehingga perlu perhatian dan penanganan lebih, baik dari aspek produksi maupun distribusi, agar tak memicu inflasi.
Pada sisi produksi, kata Fasha, dia mencontohkan agar Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi bisa mengatur masa tanam, penggunaan teknologi pertanian, penerapan teknik pertanian untuk optimalisasi produksi, serta penggunaan pupuk, merupakan hal-hal yang wajib dicermati dan diprogramkan dengan baik. Sedangkan dari sisi distribusi, mata rantai yang panjang perlu dipangkas dan disederhanakan.
“Di daerah Jawa sudah banyak yang melakukan seperti itu. Misalnya membagikan bibit Cabe, Bawang, ikan, dan bibit lain untuk ditanam di pekarangan warga. Bibitnya dari mana? Bisa dianggarkan melalui APBD. Silahkan diajukan. Sehingga diharapkan ini juga bisa mempengaruhi angka Inflasi. Itu salah satu inovasi yang saya harapkan. Tidak hanya sekedar rapat koordinasi,” ujarnya.
Fasha mengatakan, keberhasilan pengendalian inflasi TPID Kota Jambi juga tergantung kinerja para OPD dalam menjaga ketersediaan komoditas dan stabilisasi harga.
“Karenanya rakor TPID itu menjadi media yang tepat untuk berdiskusi dan bertukar pendapat, khususnya terkait peningkatan kinerja TPID,” jelasnya.
Dikatakan Fasha, saat ini perhitungan inflasi masih bersifat semu, karena belum memasukkan indikator belanja online. “Kita ketahui bahwa saat ini pasar pasar tradisional sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Masyarakat saat ini sudah banyak yang beralih ke belanja online atau pasar modern. Angkanya juga cukup fantastis, sudah menyamai dengan yang pasar konvensional,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga meminta kepada pemerintah Provinsi Jambi untuk bisa memberdayakan lahan pertanian yang ada, guna memenuhi kebutuhan pangan di Provinsi Jambi tanpa harus mengandalkan impor dari daerah lain.
“Selama ini kan kita masih mengandalkan dari daerah lain. Khususnya pasokan cabai, bawang dan beberapa komoditas lain. Padahal lahan pertanian sangat luas. Tinggal dibagi saja, misalnya Kerinci untuk sentra komoditas cabai, Merangin misalnya untuk swasembada beras, kemudian Muaro Jambi untuk bawang. Provinsi harus mensupply ini, mengawasi, merencanakan dan mengendalikan. Pasarnya siapa? Tentu ada Kota Jambi dan kabupaten/kota lainnya,” pungkasnya. (LK07)






