Media Dapat Berperan Bangun Masyarakat Sadar Vaksin 

Tim Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Kabupaten Bungo saat jumpa pers bersama awak media
Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bungo saat jumpa pers bersama awak media

BUNGO – Program imunisasi campak dan rubella atau measles-rubella (MR) di Provinsi Jambi berada pada peringkat 10 dari 28 provinsi di Indonesia, yakni terealisasi sebesar 70 persen. Posisi tersebut setidaknya memberikan gambaran bahwa masyarakat Jambi masih sadar vaksin.

Di Kabupaten Bungo, pada medium 2018, program vaksinasi MR menyasar hampir 100.000 anak meskipun target ini tidak terapai. Namun dipastikan 76.682 anak atau sekitar 76 persen sudah divaksin.

Suksesnya program ini tidak lepas dari peranan media. Sebagai pilar keempat demokrasi, media juga dapat memberikan edukasi, khususnya soal vaksin dan program vaksinasi. Jangan sampai vaksinasi Covid-19 yang rencananya segera disebar Desember ini, gagal.

Menurut Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Bungo, Syapii Syarkawi berhasil atau tidaknya program vaksinasi tidak lepas dari peranan media sebagai ujung tombak pemberi informasi ke publik.

“Media harus terlibat, benar tidaknya suatu informasi tergantung berita di media, ini untuk menghindari hoaks” katanya, Jumat (20/11/2020).

“Apalagi yang menyangkut vaksin, jangan sampai program ini gagal,” tambahnya.

Sebagai organisasi khusus perusahaan pers media online atau daring di Kabupaten Bungo, SMSI kata Syapii mendukung penuh program pemerintah terlebih penanganan pandemi global saat ini.

“Apalagi yang terkait Covid-19, kita (SMSI) akan membantu masyarakat salah satunya mengedukasi dengan berita-berita positif,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan sosialisasi bukan hanya dalam bentuk tulisan ajakan, tapi bisa berbentuk gambar dan video agar masyarakat memahami apa itu vaksinasi dan vaksin Covid-19. Sehingga, apa yang diharapkan pemerintah sebagai upaya penanganan corona dapat terwujud.

“Kita dapat informasi bahwa Desember vaksin disebar, nah ini perlu sekali sosialisasi dari sekarang bagaimana vaksinasi ini aman untuk masyarakat, jangan sampai masyarakat menolak di vaksin,” tukas Pemimpin Redaksi Bungo Independent itu,

Contoh lain ialah program vaksinasi MR di Jawa Timur. Salah satu faktor keberhasilan program vaksinasi MR di Jawa Timur medio 2017 tak lepas dari peran media. Sosialisasi dan edukasi yang gencar dilakukan media bersama Dinas Kesehatan Jawa Timur membuahkan hasil dengan tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk ikut program imunisasi campak dan rubella atau measles-rubella (MR) masa itu.

“Media sangat membantu tugas kami dalam melaksanakan imunisasi lewat edukasi dan sosialisasi ke masyarakat. Media membantu menyebarkan informasi, sehingga masyarakat bersedia untuk diimunisasi,” ujar Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Direktur RSSA Malang dan Ketua Tim Tracing Gugus Tugas COVID-19 Jawa Timur dalam Dialog Produktif dengan tema ‘Belajar dari Sukses Vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi’ secara daring di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (17/11/2020).

Diakui mantan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur ini, pada mulanya banyak masyarakat yang menolak- akibat kurangnya informasi yang diberikan petugas kesehatan. Sehingga banyak informasi yang salah dan tidak benar beredar di kalangan masyarakat.

“Misalnya, tetap ada kemungkinan akan ada panas atau demam pasca imunisasi. Jadi waktu itu ada kejadian seorang anak meninggal dan disebut-sebut karena habis diberi vaksin. Setelah tim ahli klinis kita turun ke lapangan, ternyata si anak sakit DBD,” kisahnya.

Selain melibatkan media, keberhasilan lainnya disebut dr.Kohar dilakukannya pendekatan secara kultural. Keberagaman latar belakang budaya dan juga tingkat religius masyarakat di Jawa Timur menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk melakukan upaya imunisasi MR waktu itu.

“Untuk membentuk persepsi positif publik, kita akan turun ke bawah, mendatangi tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh kunci. Setelah sosialisasikan kita lakukan pada mereka dan mereka sadar akan pentingnya vaksinasi, maka biasanya mereka akan menyampaikan ke komunitas masing-masing. Tapi sebelum itu, kita melakukan peningkatan kapasitas terlebih dulu kepada petugas kita sebelum turun ke lapangan.”

Diakui dr Kohar, tidak semua upaya  mereka berjalan mulus. Bahkan di beberapa tempat tetap terjadi penolakan, sampai petugas tidak berani masuk ke daerah tersebut. “Tetapi kita tetap melakukan pendekatan untuk memberikan pemahaman yang baik dan benar. Apalagi imunisasi itu bukan hanya MR, imunisasi rutin lainnya juga harus dilakukan dan disosialisasikan,” tukasnya. (*)

Penulis: RM Banyu Asa Hidayat

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *