PSU Terbanyak, Sudirman : Terburuk Sepanjang Sejarah

LAMPUKUNING.ID,MUARO JAMBI – Ketua Jaringan Demokrasi Indonesia (JADI) merasa kecewa dengan kepemimpinan KPUD Muaro Jambi saat ini, pasalnya sejak berdirinya KPUD di Muaro Jambi, baru kali ini terjadi Pemungutan Suara Ulang (PSU) terbanyak.

Bacaan Lainnya

Alumni atau mantan KPUD Muaro Jambi Dua Periode juga sebagai Ketua Jaringan Demokrasi Indonesia (JADI) saat dikonfirmasi mengatakan, dirinya sangat menyesalkan kejadian PSU terbanyak ini.

“saya sangat menyesalkan kejadian PSU terbanyak ini. Sepanjang sejarah pemilu, inilah Penyelenggara Pemilu terburuk di Muaro Jambi, selama ini tidak pernah terjadi seperti itu,” sesalnya.

Kata Sudirman, yang menjadi persoalan atas Putusan MK itu, ialah adanya keputusan lain, yaitu turut diberhentikannya 15 orang PPK (Panitia pemilihan Kecamatan) di tiga kecamatan yang di PSU kan itu, dan 413 KPPS serta 118 hansip juga di 59 TPS yang di PSU kan tersebut.

“Terhadap 59 TPS itu , kalau hanya PSU nya ya sudahlah itu sudah Keputusan MK, tapi kan ada keputusan lain dibalik itu, yang saya sangat prihatin dan kecewa adalah pemberhentian atau tidak digunakannya lagi Penyelenggara PPK dan KPPS di tempat PSU itu. Inikan menjadi pukulan berat bagi masyarakat Muaro Jambi dan mencoreng nama baik masyarakat Muaro Jambi. Bayangkan gegara PSU ini, ada 400 lebih masyarakat Muarojambi dianggap lalai dalam melaksanakan tugas sebagai penyelenggara Pemilu 2020 kemarin,” ungkapnya.

Lanjutnya, sebagai masyarakat Muaro Jambi, dirinya sangat menyayangkan terjadinya PSU yang cukup besar di kabupaten Muaro Jambi ini.

Bahkan dari tiga kecamatan itu, terbesarnya berada di wilayah Kecamatan Jaluko, padahal wilayah Jaluko merupakan wilayah pendidikan.

“Dari 59 itukan terbanyaknya di jaluko 38 TPS, lebih dari separoh PSU itu ada di jaluko, sementara Jaluko inikan daerah pendidikan, secara SDM saya pikir lumayan cukup, dan orangnya sangat heterogen dan kawasan kawasan elit juga banyak di Jaluko. Jadi saya heran apakah bimbingan tekhnis yang dilaksanakan kurang optimal atau apa?. Ini layak untuk kita diskusikan bersama untuk menyikapi PSU ini, sehingga kedepannya tidak ada lagi yang dikorbankan, hanya gara gara hal yang tidak begitu prinsip,” pungkasnya. (Ald)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *