Dukung Akselerasi Pembangunan Sanitasi di Papua, Fasha hadirkan Advocacy and Horizontal Learning Sanitasi di Jayapura
LAMPUKUNING.ID, JAYAPURA, PAPUA– Setelah setahun vakum akibat wabah pandemi Covid-19, kali ini Advocacy and Horizontal Learning (AHL) kembali digelar.
Kegiatan yang diinisiasi oleh AKKOPSI (Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi) itu kali ini diselenggarakan di Kota Jayapura Papua.
Wali Kota Jambi H. Syarif Fasha, yang juga sebagai Ketua Umum AKKOPSI (Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi), membuka kegiatan AHL AKKOPSI, yang diselenggarakan di Hotel Suni Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua (19/5).
Turut pula hadir pada acara tersebut, Staf Ahli Gubernur Papua, Wali Kota Jayapura, Bupati Tanggerang, Perwakilan UNICEF Indonesia, serta Bupati/Wali Kota se-Provinsi Papua.
AHL merupakan salah satu kegiatan yang diinisiasi oleh AKKOPSI sebagai upaya untuk mengkampanyekan budaya membangun sanitasi didaerah. Pada pelaksanaan AHL, dilaksanakan kegiatan
Lesson Learning Kabupaten/Kota yang sukses menjadi “Champion”, yaitu daerah yang sukses menerapkan STBM (Sanitasi Tuntas Berbasis Masyarakat) didaerahnya. Untuk AHL di Jayapura,
Kabupaten Tanggerang memberikan Lesson Learning terkait STBM yang sukses dilaksanakan di lingkungan sekolah dan pesantren yang ada diseluruh wilayah Kabupaten Tangerang.
Dalam sambutannya, Ketua Umum AKKOPSI, Syarif Fasha menceritakan sejarah singkat kehadiran AKKOPSI sebagai organisasi daerah terbesar di Indonesia, yang murni hadir karena kepedulian pemimpin daerah dalam membangun sanitasi, sebagai hal vital dalam pembangunan daerah.
“Akkopsi tidak didirikan oleh pemerintah pusat. Akkopsi murni lahir atas inisiasi kepala daerah yang peduli dan sadar untuk membangun sanitasi didaerahnya masing-masing. Karena bangsa ini tidak hanya dibangun dari depan saja, namun juga dari belakang, karena erat kaitan dengan kesehatan masyarakat,” ujar Fasha
Menurut Fasha, AKKOPSI saat ini beranggotakan 492 daerah, baik pemerintah kota maupun kabupaten diseluruh Indonesia.
“AKKOPSI lahir 12 tahun lalu, dimulai dengan Deklarasi Jambi oleh 12 Wali Kota se-Indonesia, dimana salah satunya adalah Presiden RI saat ini, Joko Widodo, yang pada masa itu menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Pada awalnya aliansi ini hanya beranggotakan pemerintah kota, namun berkembang dengan bergabungnya pemerintah kabupaten di Indonesia. Saat ini jumlah anggota AKKOPSI terbanyak di Indonesia, yaitu 492 Pemda Kota/Kabupaten se-Indonesia, organisasi gabungan daerah yang terbesar saat ini,” ungkap Wali Kota Syarif Fasha.
Urusan sanitasi, lingkungan dan air bersih, menurut Fasha seharusnya saat ini menjadi perhatian dan prioritas utama dalam arah pembangunan di Indonesia, karena akan menyangkut keberlangsungan masa depan dan kehidupan generasi mendatang.
“Urusan belakang itu sangat penting (sanitasi-red), mendasar dan tidak boleh dinomor duakan dalam perencanaan proses pembangunan daerah.
Urusan sanitasi, lingkungan, membangun sarana air bersih sebagai kebutuhan yang sangat mendasar, harus dilakukan dari hulu.
Karena dengna sanitasi, lingkungan dan air minum yang jelek, kesehatan akan terganggu, anak stunting dan masalah sosial lainnya akan terus muncul. Tentunya kita tidak akan bisa membangun dan maju jika terus dihadapkan dengan masalah itu,” tegas Fasha.
Fasha juga sampaikan bahwa dukungan dari pemerintah pusat, dalam bentuk program riil, dukungan masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat berperan penting dalam menyukseskan program sanitasi untuk Indonesia lebih baik dan maju.
“Papua mungkin punya masalah yang sama, begitu juga daerah lain. Butuh kerja keras dan komitmen dari semua pihak untuk kita bisa bangun Papua dan Indonesia yang lebih baik, dimulai dari
bagian belakang. Papua torang bisa, papua pasti bisa!. AKKOPSI sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat, untuk membangun budaya bersih dan sehat ditengah masyarakat.
Sehingga kedepan, tidak ada lagi kita temui bayi lahir stunting, angka kematian ibu melahirkan, dan permasalahan kesehatan lainnya pada masyarakat,” pungkas Fasha.(LK07)